KOTAMOBAGU, TAGAR-NEWS.com – Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kotamobagu bekerjasama dengan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kotamobagu menggelar dialog tentang masa depan anak.
Dialog dengan tema “Masa Depan Anak Indonesia dan Ancaman Lost Generation” ini digelar di Cafe Circle Coffe, Kelurahan Matali, Kotamobagu, Jum’at 21 Januari 2022 malam.
Ketua IKA PMII Kotamobagu Jusran Deby Mokolanut menyampaikan, kegiatan dilaksanakan untuk menindaklanjuti laporan tentang meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak di Kotamobagu, serta merespon situasi yang akan dihadapi anak dimasa Pandemi saat ini.
“Kita akan coba endors ke publik, secara terus-menerus kita akan sampaikan ke publik dan harus segera direspon sebagai sebuah fakta, sebuah fenomena yang nyata adanya,” ucapnya.
Selain itu, Jusran Deby Mokolanut juga meminta agar problem tentang anak, tidak hanya menjadi milik psikolog, tidak hanya menjadi milik sekolah, tidak hanya menjadi Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak, atau tidak hanya menjadi milik komunitas-komunitas tertentu.
“Saya langsung berfikir jika ada 2000 atau 3000 anak yang ada di Kotamobagu ini dan seperdua darinya adalah bermasalah dalam tumbuh kembangnya, maka akan jadi apa mereka 17 Tahun kedepan. Sebab mereka akan menjadi sebuah komunitas baru anak yang tumbuh dalam “up normal”, yang kemudian berinteraksi dalam kehidupan sosial. Ini sangat serius sekali karena kita akan menghadapi sebuah generasi yang lain dari pada yang lain,” sambungnya.
Ditempat yang sama, Kepala UPTD PPA Kotamobagu, Susilawaty Gilalom SE, yang menjadi narasumber pada dialog itu menyampaikan, ucapan terimakasih atas pelaksanaan kegiatan yang di inisiasi oleh IKA PMII Kotamobagu.
“Saya salut, dari semua kegiatan yang dilaksanakan oleh komunitas-komunitas di Kotamobagu yang saya ikuti, ini adalah kegiatan terbaik yang dilaksanakan. Umumnya kita hanya selalu membahas masalah politik, masalah ekonomi dan lainnya, tapi kita lupa bahwa tentang perempuan dan anak, juga sangat penting untuk dibicarakan.” ungkapnya.
Ibu Susi juga mengimbau kepada Bapak-Ibu peserta dialog agar ketika anak-anak berselancar di dunia Maya, maka diawasi dengan ketat sebab banyak kasus yang awalnya hanya lewat Media sosial (Medsos).
“Kasus kekerasan seksual terhadap anak masih mendominasi di Kotamobagu. Sampai saat ini, ada 130 kasus yang kami catat secara manual di Kotamobagu, ini sangat memperihatinkan,” katanya.
Untuk itu jelasnya, tahun ini kita akan bekerjasama dengan seluruh Desa/kelurahan yang ada di Kotamobagu agar terkoneksi dengan UPTD PPA.
“Ketika ada laporan terkait kasus anak, maka semua akan di rujuk di UPTD PPA,” sambungnya.
Disisi lain, Ibu Mardiah Makapedua S. PSI , M. PSI yang juga sebagai narasumber menyampaikan terkait pola asuh anak.
“Membangun negara itu di mulai dari unit terkecil yaitu membagun keluarga. Lost generasion muncul karena adanya kebingungan dari anak-anak terhadap situasi yang dihadapi saat ini.
Maka selain itu jelasnya, pola asuh anak harus dipahami sebagai suatu proses yang akan mempengaruhi karakter anak sampai dewasa nanti.
“Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah latar belakang pengasuhan turun-temurun dari keluarga, pendidikan orang tua, kesibukan orang tua, serta budaya,” jelasnya.
Penulis: Helmi